Pages

Renungan dalam Memahami Takdir Tuhan

Dalam sebuah hadits Riwayat Muslim, dikisahkan bahwa Malaikat Jibril, yang pada waktu itu mewujud dalam bentuk seorang pemuda, bertanya kepada Nabi Muhammad saw: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Nabi saw pun bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada qadar (ketentuan Allah) yang baik maupun yang buruk “.
Mari kita perhatian point terahir perihal tentang dasar keimanan tersebut, yaitu mengimani ketentuan Allah terhadap mahluknya baik yang baik maupun yang buruk. Setelah mengimani bahwa hanyalah Allah yang Maha Berkuasa atas segala mahluk-Nya, termasuk manusia, maka otomatis kita akan mendapatkan suatu pemahaman bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, semuanya berasal dari Allah. Pemahaman terhadap kehendak bebas manusia (free will) dan kehendak Tuhan adalah sebuah wacana perdebatan klasik yang telah terjadi sejak lama. Terdapat dua pemikiran yang ekstrim berkitan dengan wacana ini yaitu pemikiran qadariyah yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Sedangkan ekstrim yang lain yaitu pemikiran jabariyah yang mengatakan bahwa setiap perbuatan manusia telah ditentukan oleh Tuhan, karenanya manusia bukanlah pencipta bagi segala perbuatannya. 
Mari kita memahami wacana ini dengan mendasarkan pada hadits tersebut di atas. Disebutkan pada hadits tersebut bahwa ketentuan Allah memiliki dua nilai yaitu baik (khair) dan buruk (sharr). Kemudian, adakah kebaikan dan keburukan tersebut berdasarkan penilaian Allah atau penilaian manusia? Sebagai Dhat Yang Maha Kuasa atas segalanya, Tuhan memiliki kehendak yang tidak terbatas, karenanya ia tidak dikekang oleh nilai-nilai kebaikan atau keburukan, maka kedua nilai tersebut pastilah berasal dari rasio manusia dalam memandang sesuatu yang ada di sekelilingnya. 
Sebagai manusia yang memiliki rasio dan hati nurani, kita tentu menyadari setiap nilai yang kita lakukan. Kita adalah mahluk yang secara sadar menyadari segala perbuatan kita. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ketika kita melakukan perbuatan yang kita sendiri menilai bahwa perbuatan itu adalah perbuatan buruk, sebagai perbuatan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Tentu saja sikap seperti ini adalah sebuah sikap untuk menghilangkan tanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan dengan berlindung kepada takdir Tuhan. Akan tetapi kita pun tidak lantas mengatakan bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan yang kita nilai bahwa perbuatan itu adalah baik, sebagai hasil karya kita sendiri dengan tanpa campur tangan dari Tuhan. Tentu saja sikap tesebut adalah merupakan sikap sombong (takabur) terhadap Tuhan yang diyakininya adalah Dhat yang Maha Berkehendak. 
Sikap yang baik yang baik adalah dengan mengimani bahwa sebagai mahluk Allah setiap perbuatan yang kita lakukan adalah semuanya berdasarkan kehendak dari Allah. Akan tetapi manusia pun diberikan kehendak untuk menentukan setiap perbuatannya. Berbeda dengan kehendak Allah yang bebas nilai, kehendak manusia tidak dapat membebaskan dirinya dari nilai baik (khair) dan nilai buruk (sharr). Kedua nilai tersbut telah tertanam dalam diri manusia sebagai ketentuan penciptaan manusia yang dapat disebut juga sebagai fithrah manusia. Dalam kosmologi sufistik, disebutkan bahwa manusia diciptakan berdasarkan citra (gambaran) dari Tuhan, karenanya kehendak manusia tidak bisa terlepas dari kehendak Tuhan. Tuhan adalah Dhat yang menjadi tujuan manusia kembali kepadanya. Sebagai tujuan tentu saja dalam anggapan / pemikiran manusia, Tuhan adalah Kebaikan Tertinggi. Karena setiap tujuan adalah kebaikan maka keburukan bukanlah tujuan dari perbuatan manusia, dan karena keburukan bukan merupakan tujuan maka eksistensinya adalah ketiadaan. Adapun munculnya keburukan dalam perbuatan manusia hanyalah merupakan kurangnya kebikan atau menyimpangnya kebaikan sehingga diperlukan upaya untuk meluruskan kembali perbuatan manusia menujuk kebaikan sejati. "Tunjukanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan bagi orang-orang yang diberi nikmat bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan pula orang-orang yang tersesat."

No comments:

Post a Comment