Pages

Monday, October 12, 2015

Menggapai Berkah Lewat Ilmu

Sumber gambar: kanaljogja.com
Di masyarakat Muslim tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah Tabaruk yang berarti mendapatkan berkah atau dalam bahasa Jawa disebut juga "ngalap berkah".
Bagi masarakat awam, tabarruk biasanya dilakukan dengan cara melakukan upacara kenduri, tahlilan, yasinan, sedekah bumi, sedekah laut (nadran), ziarah kubur dan lain sebagainya. Sering kali upaya tabaruk yang dilakukan oleh kebanyakan masayarakat Muslim awam tersebut dituding sebagai bentuk kemusrikan, atau minimal melakukan kebid'ahan. Lantas sebenarnya ngalap berkah itu menurut Al-Qur'an. Berkah sendiri oleh para ulama diberikan pengertian sebagai ziyadat al-khair (bertambahnya kebaikan). Degan demikian sesuatu yang didapatkan atau dimiliki jika terdapat berkah di dalamnya maka akan semakin nikmat untuk dirasakan. Itulah kenapa kita dianjurkan untuk selalau melengkapi salam dengan kalimat Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Keselamatan bagi kalian dan juga rahmat serta berkah (dari) Nya"
Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang berkah di antaranya:
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S. Al-'Araf: 96)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa seandainya suatu penduduk negeri beriman dan bertakwa maka Allah akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi. Keberkahan dari langit adalah keberkahan yang berupa pahala dari Allah sedangkan keberkahan dari bumi yaitu bahwa hasil yang mereka usahakan dari bumi baik sektor pertanian, peternakan, atau pertambangan akan memberikan kebahagiaan kepada mereka, karena dengan iman dan takwa tidak ada rasa iri dan dengki kepada sesama karenanya penduduk suatu negeri dapat hidup rukun dan dapat menikmati nikmat yang diberikan Allah kepada mereka.
Ketakwaan dan keimanan kepada Allah inilah yang membuat Bani Israil yang mengikuti ajaran Nabi Musa as dijanjikan suatu negeri yang penuh berkah. Allah berfirman : "Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu (Bani Israil), negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya" (Q.S. Al-'Araf: 137)
Dalam ayat yang lain keberkahan juga datang dari Al-Qur'an. Allah swt berfirman: "Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?" (Q.S. Al-Anbiya: 50)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Q.S. Shaad: 29)
Berdasarkan dua ayat tesebut maka dalam Al-Qur'an terkandung keberkahan bagi manusia. Lantas bagaimana kita mendapatkan keberkahan Al-Qur'an? Sebagai kita yang menjadi pedoman dan petunjuk hidup seitap Muslim, tentu keberkahan Al-Qur'an adalah dengan cara membaca dan memahami serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Memang tidak ada salahnya bahkan sangat dianjurkan untuk menghormati mushaf Al-Qur'an dengan cara mencium, meletakan ditempat yang terbaik, berwudu sebelum membacanya dan amalan akhaqi lainnya terhadap Al-Qur'an, akan tetapi hal tersebut belum dapat memunculkan berkah Al-Qur'an jika tidak berusaha untuk memahami dan mengamalkannya. Janganlah kita bagai seekor keledai yang membawa ratusan kitab ilmu di punggungnya namun tidak memiliki ilmu yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut.
Berdasarkah uraian tersebut maka satu-satunya jalan untuk mendapatkan berkah dari Allah adalah dengan memiliki dan mengamalkan ilmu. Ziarah kubur tidak akan mendapatkan keberkahan jika tidak dilandasi dengan ilmu bahwa hakikat ziarah kubur adalah mengingat mati, dan meneladani kebaikan sang ahli kubur agar hidup peziarah menjadi lebih baik, bukan untuk meminta berkah dari kubur. Begitupun uapacara kenduri, tahlilan atau pun yasinan tidak akan memberikan berkah jika tidak memahami makna kalimat-kalimat toyibah, ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a yang dibaca, apalagi jika niat untuk dapat ke acara tersebut hanya untuk mendapatkan "berkat" berupa makanan, bukan berkah ilmu dan menyambung silaturahim. Karenanya minimal bagi orang yang mengikuti upacara tersebut hendaknya minimal diniatkan untuk menyambung silatruahim dengan tetangga agar tercipta kerukunan dalam bermasyarakat.

No comments:

Post a Comment